Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama
untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera.
Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita
bahwa bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah
bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu.
Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan
guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera, dan
bermartabat.
Dalam suatu proses belajar mengajar yang terpenting dikuasai oleh seorang guru adalah metode mengajar dan kemampuan widyaiswara untuk menggunakan media pembelajaran. Metode pengajaran yang digunakan oleh widyaiswara akan menentukan media pembelajaran apa yan akan digunakan oleh widyaiswara. Meskipun disadari ada aspek lain yang menentukan keputusan seorang widyaiswara untuk menggunakan media pembelajaran tertentu seperti tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik setelah proses pengajaran berlangsung, konteks pembelajaran, dan tentunya juga karakteristik peserta didik yang diajar.
Namun demikian dapat dikatakan bahwa salah
satu fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang memiliki peran untuk mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang diatur dan diciptakan oleh seorang widyaiswara.
Hamalik (Arsyad, 2004 : 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan pembelajaran pada saat itu. Selain mebangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Levie dan Lentz (Arsyad, 2004 : 16), mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk konsentrasi terhadap isi dari pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pembelajaran.
Fungsi afektif media pembelajaran dapat diungkap melalui tingkat kenikmatan peserta didik ketika membawa teks bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik sebagai wujud responnya terhadap gambar yang dia amati. Semisal gambar yang menyangkut masalah sosial, ras, agama, dan kebudayaan. Gambar-gambar itu akan direspon peserta didik dengan suatu komentar dan sikap tertentu yang menunjukkan pemikiran yang terbangun dalam diri peserta didik setelah mengamati dan mencermati gambar tersebut.
Fungsi kognitif media, khususnya media visual tampak pada temuan-temuan penelitian yang menyatakan bahwa lambang visual atau gambar memudahkan bagi peserta didik untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Bisa juga dikatakan bahwa media pembelajaran mempunyai fungsi untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal (dengan kata-kata).
Dengan adanya media pembelajaran yang berbentuk tiga dimensi misalnya
akan memudahkan peserta didik untuk menangkap maksud dari keterangan
widyaiswara sebagai pendidik dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap media tersebut. Sehingga peserta didik yang tadinya sulit
menangkap maksud dari keterangan widyaiswaranya karena disampaikan
secara lisan maka dengan adanya sample yang nyata akan mempengaruhi
imajinasi peserta didik untuk memahami maksud dari keterangan
widyaiswaranya.
Alat peraga dalam belajar mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif (Sudjana, 2005 : 99).
Alat peraga dalam belajar mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif (Sudjana, 2005 : 99).
Dengan dihadirkannya alat peraga sebagai media pembelajaran
peserta didik tidak hanya mendengar kata-kata yang sifatnya verbal, akan
tetapi juga bisa melihat, dan merasakan atau meraba alat peraga
tersebut, sehingga lebih memudahkan baginya untuk membangun
imajinasinya.
Berikut adalah kerucut pengalaman belajar yang bisa membedakan daya serap peserta didik terhadap suatu obyek pengetahuan tertentu dengan perbedaan media :
Berikut adalah kerucut pengalaman belajar yang bisa membedakan daya serap peserta didik terhadap suatu obyek pengetahuan tertentu dengan perbedaan media :
Yang Ingat modus
10 % Baca
20% Lihat verbal
30% Dengar
50% Lihat dan dengar visual
70% Katakan
90% Katakan dan lakukan berbuat
10 % Baca
20% Lihat verbal
30% Dengar
50% Lihat dan dengar visual
70% Katakan
90% Katakan dan lakukan berbuat
Dari kerucut pengalaman belajar di atas, diketahui bahwa peserta didik
akan mencapai hasil belajar 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa
yang di dengar, 30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat
dilihat dan di dengar, 70 % dari apa yang dikatakan, dan 90 % dari apa
yang dikatakan dan dilakukan. Kerucut pengalaman belajar di atas
menunjukkan betapa pentingnya alat peraga dihadirkan untuk meningkatkan
daya serap peserta didik terhadap obyek pelajaran yang sedang ia
pelajari. Karena dengan adanya alat peraga peserta didik tidak hanya
mendengar dari widyaiswara tentang obyek pengetahuan yang sedang ia
pelajari akan tetapi ia juga bisa melihat, meraba dan mengamatinya
secara langsung.
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam pemilihan media pembelajaran. Pendapat Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Mohammad Ali (1984: 73) menyarankan langkah-langkah dalam memilih media pengajaran yaitu:
1) merumuskan tujuan pembelajaran,
2) mengklasifikasi tujuan
berdasarkan domein atau tipe belajar,
3) memilih peristiwa-peristiwa
pengajaran yang akan berlangsung,
4) Menentukan tipe perangsang untuk
tiap peristiwa,
5) mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap
peristiwa dalam pengajaran,
6) Mempertimbangkan (berdasarkan nilai
kegunaan) media yang dipakai.
7) Menentukan media yang terpilih akan
digunakan,
8) menulis rasional (penalaran) memilih media tersebut,
9)
Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa, dan
10)
Menuliskan script pembicaraan dalam penggunaan.media.
Selaras dengan hal
tersebut, Anderson (1976) menyarankan langkah-langkah yang perlu
ditempuh dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu:
1. Langkah 1: Penerangan atau Pembelajaran
Langkah pertama menentukan apakah penggunaan media untuk keperluan informasi atau pembelajaran. Media untuk keperluan informasi, penerima informasi tidak ada kewajiban untuk dievaluasi kemampuan/keterampilannya dalam menerima informasi, sedangkankan media untuk keperluan pembelajaran penerima pembelajaran harus menunjukkan kemampuannya sebagai bukti bahwa mereka telah belajar.
2. Langkah 2: Tentukan Transmisi Pesan
Dalam kegiatan ini kita sebenarnya dapat menentukan pilihan, apakah dalam proses pembelajaran akan digunakan ‘alat bantu pengajaran’ atau ‘media pembelajaran’. Alat bantu pengajaran alat yang didesain, dikembangkan, dan diproduksi untuk memperjelas tenaga pendidik dalam mengajar. Sedangkan media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara produk pengembang media dan peserta didik/pengguna. Atau dengan kata lain peran pendidik sebagai penyampai materi pembelajaran digantikan oleh media.
3. Langkah 3: Tentukan Karakteristik Pelajaran
Asumsi kita bahwa kita telah menyusun disain pembelajaran, dimana kita telah melakukan analisis tentang mengajar, merumuskan tujuan pembelajaran, telah memilih materi dan metode. Selanjutnya perlu dianalisis apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan itu termasuk dalam ranah kognitif, afektif atau psikomotor. Masing-masing ranah tujuan tersebut memerlukan media yang berbeda.
4. Langkah 4: Klasifikasi Media
Media dapat diklasifikasikan sesuai dengan ciri khusus masing-masing media. Berdasarkan persepsi dria manusia normal media dapat diklasifikasikan menjadi media audio, media video, dan audio visual. Berdasarkan ciri dan bentuk fisiknya media dapat dikelompokkan menjadi media proyeksi (diam dan gerak) dan media non proyeksi (dua dimensi dan tiga dimensi). Sedangkan jika diklasifikasikan berdasarkan keberadaannya, media dikelompokkan menjadi dua yaitu media yang berada di dalam ruang kelas dan media-media yang berada di luar ruang kelas. Masing-masing media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan bila dibandingkan dengan media lainnya.
5. Langkah 5: Analisis karakteristik masing-masing media
Media pembelajaran yang banyak macamnya perlu dianalisis kelebihan dan kekurangannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pertimbangan pula dari aspek ekonomi dan ketersediaannya. Dari berbagai alternatif kemudian dipilih media yang paling tepat.
copyright from : http://www.banyumaskab.go.id/berita-386-penerapan-media-pembelajaran-untuk-meningkatkan-efektivitas-diklat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar