Sabtu, 10 November 2012

Film Kartun Sebagai Media Pembelajaran

1. Film Kartun Sebagai Media Pembelajaran di Rumah
 
Film kartun sebagai media hiburan sampai sekarang masih mendapat tempat di hati para pecinta atau penggemarnya. Penggemar film jenis ini tidak memandang usia, meskipun film jenis ini kebanyakan untuk konsumsi anak-anak. Ada juga film kartun untuk usia remaja dan dewasa. Yang membedakan film kartun anak-anak dengan film kartun dewasa adalah pada penokohan, tema cerita dan amanat/pesan.

Film yang sampai saat ini masih didominasi produsen Jepang dan Amerika Serikat ini selain mengandung unsur hiburan juga mengandung unsur pendidikan, meskipun kadang terselip unsur permusuhan dan kekerasan. Dua hal yang senantiasa kita hindarkan pengaruhnya bagi anak-anak.

Anak-anak sebagai konsumen terbesar film kartun jika kita biarkan bebas biasanya saking cintanya pada film ini bahkan sampai melupakan sebagian besar waktunya untuk belajar dan membantu bekerja. Jika kita melarang mereka menonton sepertinya ini terlalu ekstrim. Yang lebih memprihatinkan setelah usai menonton film ini mereka tidak dapat menangkap pesan moral dari film tersebut, yang membekas di benak mereka justru unsur negatifnya saja. Misalnya tokoh jagoannya, aksi pukul, bicara kasar/keras, pertengkaran dan kekerasan lainnya yang dikemas secara lucu dan menggelikan.Tak jarang mereka menirukan aksi-aksi tokoh kartunnya.

Sebagai langkah bijaksana alangkah baiknya jika anak-anak kita dampingi saat menyaksikan film kartun sambil kita jelaskan pesan-pesan moral seperti : kejujuran, keteguhan, toleransi, kebijaksanaan, kesabaran dan sebagainya. Dengan begitu selain film kartun sebagai media hiburan dan tontonan namun juga sebagai tuntunan dan media pembelajaran budi pekerti anak-anak kita di rumah.

2. Film Kartun Sebagai Media Pembelajaran di Sekolah

Di sekolah, guru yang berperan sebagi seorang pengajar dan pendidik mempunyai peran dan fungsi starategis dalam menanamkan pengetahuan dan akhlak/budi pekerti bagi para siswa. Di satu sisi ada harapan dan mungkin tuntutan agar siswa nantinya menjadi manusia berilmu (pandai,cerdas) namun di sisi lain yang lebih berat adalah agar siswa nantinya menjadi manusia berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia (akhlakul kharimah). Karena kalau manusia hanya cerdas saja tetapi tidak berakhlak bisa-bisa nanti setelah dewasa akan menjadi penjahat rakyat, koruptor, markus, dsb.

Saya memahami dan mengerti, bahwa seluruh guru sudah berkali-kali dan tiada henti setiap hari selalu menasihati dan memberi contoh sikap dan perilaku luhur kepada segenap siswa-siswinya. Dengan berbagai cara, metode dan strategi diterapkan untuk mendidik siswa agar menjadi insan berakhlak mulia. Namun jika siswa hanya diceramahi melulu setiap hari tentu akan merasa bosan, jenuh, dan mungkin kebal. Maka pada kesempatan ini saya akan menyampaikan gagasan film kartun sebagai media pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan sikap perilaku yang terpuji, budi pekerti luhur dan akhlak mulia. Mata pelajaran yang relevan yaitu PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), Pendidikan Agama atau Bahasa Indonesia.

Dengan menggunakan media film kartun diharapkan proses pembelajaran akan PAKEM, lebih menantang dan semakin bermakna. Relevansinya dengan postingan terdahulu tentang 11 Indikator PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) pada komponen pertama (Metode Pembelajaran) indikator pertama  yaitu Kegiatan belajar siswa menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Lalu pada komponen kedua (Pengelolaan Kelas) indikator pertama yaitu Kegiatan belajar siswa bervariatif. Termasuk juga komponen kelima (Sumber belajar dan alat bantu pembelajaran)  pada indikator pertama  yaitu Guru menggunakan berbagai sumber belajar.

Namun di sini saya tegaskan bahwa penggunaan media film kartun ini bukan yang utama melainkan hanya sebagai selingan saja , sebagai penambah motivasi belajar dan membawa angin segar suasana pembelajaran, selain tentu saja penanaman nilai-nilai moral. Tidak semua film kartun layak dijadikan sebagai media pembelajaran, maka kita atau pun guru sudah seharusnya melakukan proses seleksi terlebih dahulu mana film yang relevan dan layak dijadikan media pembelajaran.

3. Pesan-Pesan Moral Film Kartun

Setiap pembuatan film kartun selain mengedepankan unsur hiburan dan bisnis, terdapat sisipan pesan moral dari penciptanya. Ada yang jelas kelihatan, ada pula yang tersamar. Ada yang nilai kadarnya tinggi ada pula yang hanya sedikit. Adapun pesan-pesan moral yang terdapat pada film-film kartun di Indonesia antara lain : kejujuran, suka menolong, ketegasan, percaya diri, pantang menyerah, santun, ksatria, dsb. Kita tidak bisa menghindari unsure negatif film kartun (misalnya adanya tokoh-tokoh jahat) tetapi paling tidak meminimalisir dan berusaha menetralisir keadaan dengan penjelasan logis tentang prinsip keseimbangan. Seperti istilah adanya Ying dan Yang, ada baik ada buruk. Dua hal tang tak dapat terpisahkan. Beberapa contoh film kartun yang sering ditonton dan disukai anak-anak dan mengandung unsur mendidik budi pekerti, misalnya : Sponge Bob (persahabatan ), Dora The Explorer (petualangan), Scoobe Doo (pemberantas kejahatan),  Avatar The Legend (perjuangan dan kepahlawanan), Kungfu Panda dan lain-lain.

4. Pemanfaatan Film Kartun Sebagai Media Pembelajaran di Sekolah
Pra Pembelajaran
  1. Guru mempersiapkan alat-alat dan media pembelajaran seperti : computer/laptop, LCD Proyektor dan layar, serta film kartun pilihan.
  2. Guru menyiapkanLembar Kerja.
  3. Guru mengkondisikan siswa belajar dengan media baru (film kartun).
Contoh Langkah-langkah Pembelajarannya :
  1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
  2. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 anak.
  3. Guru memutarkan film kartun terpilih dan siswa menyaksikannya dengan seksama.
  4. Guru membagikan Lembar Kerja (berisi pertanyaan mengenai film kartun tersebut).
  5. Siswa berdiskusi mengerjakan  LK secara kelompok.
  6. Setelah selesai, setiap kelompok menampilkan hasil diskusi/ LK di depan kelas secara bergiliran.
  7. Diskusi kelas dipimpin guru.
  8. Evaluasi.
  9. Refleksi dan Penutup.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.

2 komentar: