1. Film Kartun Sebagai Media Pembelajaran di Rumah
Film kartun sebagai media hiburan sampai sekarang masih mendapat
tempat di hati para pecinta atau penggemarnya. Penggemar film jenis ini
tidak memandang usia, meskipun film jenis ini kebanyakan untuk konsumsi
anak-anak. Ada juga film kartun untuk usia remaja dan dewasa. Yang
membedakan film kartun anak-anak dengan film kartun dewasa adalah pada
penokohan, tema cerita dan amanat/pesan.
Film yang sampai saat ini masih didominasi produsen Jepang dan
Amerika Serikat ini selain mengandung unsur hiburan juga mengandung
unsur pendidikan, meskipun kadang terselip unsur permusuhan dan
kekerasan. Dua hal yang senantiasa kita hindarkan pengaruhnya bagi
anak-anak.
Anak-anak sebagai konsumen terbesar film kartun jika kita biarkan
bebas biasanya saking cintanya pada film ini bahkan sampai melupakan
sebagian besar waktunya untuk belajar dan membantu bekerja. Jika kita
melarang mereka menonton sepertinya ini terlalu ekstrim. Yang lebih
memprihatinkan setelah usai menonton film ini mereka tidak dapat
menangkap pesan moral dari film tersebut, yang membekas di benak mereka
justru unsur negatifnya saja. Misalnya tokoh jagoannya, aksi pukul,
bicara kasar/keras, pertengkaran dan kekerasan lainnya yang dikemas
secara lucu dan menggelikan.Tak jarang mereka menirukan aksi-aksi tokoh
kartunnya.
Sebagai langkah bijaksana alangkah baiknya jika anak-anak kita
dampingi saat menyaksikan film kartun sambil kita jelaskan pesan-pesan
moral seperti : kejujuran, keteguhan, toleransi, kebijaksanaan,
kesabaran dan sebagainya. Dengan begitu selain film kartun sebagai media
hiburan dan tontonan namun juga sebagai tuntunan dan media pembelajaran
budi pekerti anak-anak kita di rumah.
2. Film Kartun Sebagai Media Pembelajaran di Sekolah
Di sekolah, guru yang berperan sebagi seorang pengajar dan pendidik
mempunyai peran dan fungsi starategis dalam menanamkan pengetahuan dan
akhlak/budi pekerti bagi para siswa. Di satu sisi ada harapan dan
mungkin tuntutan agar siswa nantinya menjadi manusia berilmu
(pandai,cerdas) namun di sisi lain yang lebih berat adalah agar siswa
nantinya menjadi manusia berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia
(akhlakul kharimah). Karena kalau manusia hanya cerdas saja tetapi tidak
berakhlak bisa-bisa nanti setelah dewasa akan menjadi penjahat rakyat,
koruptor, markus, dsb.
Saya memahami dan mengerti, bahwa seluruh guru sudah berkali-kali dan
tiada henti setiap hari selalu menasihati dan memberi contoh sikap dan
perilaku luhur kepada segenap siswa-siswinya. Dengan berbagai cara,
metode dan strategi diterapkan untuk mendidik siswa agar menjadi insan
berakhlak mulia. Namun jika siswa hanya diceramahi melulu setiap hari
tentu akan merasa bosan, jenuh, dan mungkin kebal. Maka pada kesempatan
ini saya akan menyampaikan gagasan film kartun sebagai media
pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan sikap perilaku yang
terpuji, budi pekerti luhur dan akhlak mulia. Mata pelajaran yang
relevan yaitu PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), Pendidikan Agama atau
Bahasa Indonesia.
Dengan menggunakan media film kartun diharapkan proses pembelajaran akan PAKEM, lebih menantang dan semakin bermakna. Relevansinya dengan postingan terdahulu tentang 11 Indikator PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)
pada komponen pertama (Metode Pembelajaran) indikator pertama yaitu
Kegiatan belajar siswa menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
Lalu pada komponen kedua (Pengelolaan Kelas) indikator pertama yaitu
Kegiatan belajar siswa bervariatif. Termasuk juga komponen kelima
(Sumber belajar dan alat bantu pembelajaran) pada indikator pertama
yaitu Guru menggunakan berbagai sumber belajar.
Namun di sini saya tegaskan bahwa penggunaan media film kartun ini
bukan yang utama melainkan hanya sebagai selingan saja , sebagai
penambah motivasi belajar dan membawa angin segar suasana pembelajaran,
selain tentu saja penanaman nilai-nilai moral. Tidak semua film kartun
layak dijadikan sebagai media pembelajaran, maka kita atau pun guru
sudah seharusnya melakukan proses seleksi terlebih dahulu mana film yang
relevan dan layak dijadikan media pembelajaran.
3. Pesan-Pesan Moral Film Kartun
Setiap pembuatan film kartun selain mengedepankan unsur hiburan dan
bisnis, terdapat sisipan pesan moral dari penciptanya. Ada yang jelas
kelihatan, ada pula yang tersamar. Ada yang nilai kadarnya tinggi ada
pula yang hanya sedikit. Adapun pesan-pesan moral yang terdapat pada
film-film kartun di Indonesia antara lain : kejujuran, suka menolong,
ketegasan, percaya diri, pantang menyerah, santun, ksatria, dsb. Kita
tidak bisa menghindari unsure negatif film kartun (misalnya adanya
tokoh-tokoh jahat) tetapi paling tidak meminimalisir dan berusaha
menetralisir keadaan dengan penjelasan logis tentang prinsip
keseimbangan. Seperti istilah adanya Ying dan Yang,
ada baik ada buruk. Dua hal tang tak dapat terpisahkan. Beberapa contoh
film kartun yang sering ditonton dan disukai anak-anak dan mengandung
unsur mendidik budi pekerti, misalnya : Sponge Bob (persahabatan ), Dora
The Explorer (petualangan), Scoobe Doo (pemberantas kejahatan), Avatar
The Legend (perjuangan dan kepahlawanan), Kungfu Panda dan lain-lain.
4. Pemanfaatan Film Kartun Sebagai Media Pembelajaran di Sekolah
Pra Pembelajaran
- Guru mempersiapkan alat-alat dan media pembelajaran seperti : computer/laptop, LCD Proyektor dan layar, serta film kartun pilihan.
- Guru menyiapkanLembar Kerja.
- Guru mengkondisikan siswa belajar dengan media baru (film kartun).
Contoh Langkah-langkah Pembelajarannya :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 anak.
- Guru memutarkan film kartun terpilih dan siswa menyaksikannya dengan seksama.
- Guru membagikan Lembar Kerja (berisi pertanyaan mengenai film kartun tersebut).
- Siswa berdiskusi mengerjakan LK secara kelompok.
- Setelah selesai, setiap kelompok menampilkan hasil diskusi/ LK di depan kelas secara bergiliran.
- Diskusi kelas dipimpin guru.
- Evaluasi.
- Refleksi dan Penutup.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah
pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru
dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus
menyenangkan.
entri yg bagus
BalasHapusmakasiiih ^^
BalasHapus